Hantu kuntilanak ngakak di atas pohon kecubung
Cerita hantu kuntilanak ngakak diatas pohon
Lansung saja untuk pengalaman ku satu ini ngga usah panjang lebar keburu para pemburu cerita mistis ngga sabar
[1]. Saya masih SMP kelas I pindahan dari SMP Darmagati Bogor ke Cirebon.
Jaman SMP pulang sekolah lepas seragam, makan langsung main, maklum merdeka dan bebas karena jauh dari orang tua.
Saat itu adik laki2 saya masih SD kelas VI, Adik saya Weda sering sekali menjadi tanggapan teman2nya, uang jajan sering di palak untuk jajan bersama, kalau mau gabung main dengan mereka pasti harus setor uang dulu, cuma Adikku ini tipe orang yang tidak ngaduan.
Suatu hari teman2nya ini bikin acara rujak beubeuk/rujak di tumbuk di dalam bambu, 3 orang sasaran termasuk Weda Adikku, masuk dalam daftar yang akan di kerjai Ali.
Ali terkenal dengan sebutan jagoan, karena dia selalu menang tiap berkelahi, menang tiap main slodor, toklek, kelereng, dan lempar bola, usianya terpaut 4th lebih tua dari Adikku.
Rupanya rujak tumbuk ini sudah di beri campuran buah kecubung, dan sudah terkenal di daerah saya, orang suka iseng ngerjain dengan buah kecubung ini. Dan jika siapa saja yang memakannya pasti dia akan melakukan gerakan sebelum dia makan dan akan tidur sangat lama.
#Next....
[2]. Semua anak2 sudah antri rujak buatan Ali, ya memang Ali ini jago buat rujak tumbuk dari campuran mangga, jambu biji, ubi (boled), mengkudu di campur cabai, asem cempaluk, gula jawa, garam dan terasi.
Tentu saja bahan2 membuat rujak ini dari hasil palak Ali pada anak buahnya.
Saya juga pernah mencicipi rujak buatan Ali ini enak.
Ali sudah menyiapkan daun di wincuk (daun di bentuk wadah dengan di jepit lidi yang di potong kecil2).
Giliran 3 orang yang akan di bagikan, Ali menyuruh membuka baju dan celana kalau mau rujak buatan Ali.
Merasa masih kecil dan belum punya malu, akhirnya Adikku dan dua temannya menuruti kemauan Ali.
Tidak hanya di situ saja, setelah telanjang, Ali menyuruhnya joget2.
Adikku dan dua teman lainnya hanya menuruti saja, apalagi mereka takut sama Ali si Jegger ini.
Kalau ada yang rumahnya di Jl.Kembang di Cirebon, pasti kenal dengan nama Ali ini, usianya 49th sekarang, tapi kejadian kecubung ini dulu yah... 37th yang lalu.
Di usia 20 tahun sudah beda, Ali di bimbing Ustad dia menjadi orang yang baik. Itu Vigur Ali yah.
Oke saya lanjutkan, setelah joget2, Adikku di suruh makan dalam keadaan telanjang, rasa yang amat pedas, tetap di makan Adikku, padahal Adikku ini tidak suka pedas.
Selesai makan rujak, Adikku memakai baju dan celana. Ali bersama teman2nya puas dan tersenyum bahagia merasa berhasil ngerjai Adikku dan dua kawannya.
Lepas Ashar aku mendapati Adikku tidur di teras depan Rumah Mbahku, Weda dan aku hanya terpaut beda 1 tahun, namun badanku lebih bongsor, Weda keliatan pendek dan imut, tapi justru setelah SMA, di antara Adik2ku malah aku yang paling pendek dengan tinggi hanya 160cm.
Aku membopong Adikku sampai ke bale/dipan, aku kaget badan Adikku sangat panas, aku membangunkan Adikku... :
"Dek... Dek... Bangun Dek... Ga baik mau magrib tidur... ".
Adikku tidak bergeming sama sekali, tetap tidur dan tidak menjawab.
Aku lihat dada nya masih bernafas, artinya masih hidup, aku heran dan panik, apalagi Mbah Akung tidak ada di rumah sedang ngobatin orang.
Aku langsung ambil sapu tangan dan mengompresnya.
#Next[3]. Aku ke Masjid bersama teman2 untuk melaksanakan sholat Magrib, aku tinggalkan Adikku, pulang dari Masjid aku pegang kepala Adikku makin Panas.
Aku elus2 kepalanya aku bacakan Doa2 pendek yang di ajarkan Mbah.
Tiba2 Adikku menginggau... :
"Hihihihihihi.... ".
Aku kaget, aku bangunkan Adikku... :
"Dik bangun Dik, makan dulu Dik... Terus minum obat... ".
Adikku bangun dan matanya melotot dan menjawab :
"Kamu siapa ?".
Wah aku sangat kaget Adikku tidak mengenaliku, dia seperti kerasukan, dia bangun jalan ke belakang dan ke depan sambil tertawa dan dia balik lagi ke dipan.
Aku menyaksikan adegan itu melongo saja tak habis pikir.
Aku dekati Adikku, dia berkeringat dan badannya mendadak dingin.
Di rumah sepi, Mbah putri sedang ke parujakan ke rumah tanteku, aku minta bantuan Ustad Bambang, yang pernah belajar kitab Kuning di celancang, aku khawatir aku tidak bisa mengobati Adikku.
Aku biasa memanggilnya Om Bambang karena masih saudara, aku ceritakan ke Om Bambang langsung menebak dan bicara :
"Adikmu pasti makan buah kecubung".
Aku kaget dan bertanya :
"Kok Om tahu ?".
Dan Om Bambang menjawab :
"Tadi Om habis ngobatin 2 orang, katanya cari Mbahmu gada di rumah.. "
Aku jawab :
"Ya Om, Mbah lagi ke kuningan".
Aku dan Om Bambang menuju rumah, tapi kami kaget, melihat Adikku sudah ada di lapangan depan teras rumah kami, dalam keadaan telanjang dan joget, mata Adikku terpejam, dia ketawa2 sambil berjoget.
Tetangga2 pada keluar dan menonton Adikku, tapi mereka tidak menertawakan, mereka malah kasihan pada Adikku, kalau tidak kerasukan ya makan buah kecubung.
Om Bambang menghampiri Adikku, dan Adikku berhenti dan melotot dan mendorong Om Bambang sampai Om Bambang mundur 3 langkah.
Om Bambang langsung bicara :
"Ini bocah kesambet, bukan cuma makan buah kecubung".
Om Bambang langsung mendekati Adikku dengan sigap dan memeluknya erat sambil di doakan, Adikku tiba2 terkulai lemas dan di bopong Om Bambang.
Adikku di rebahkan di dipan, dan sadar
Adikku langsung memakai baju dan celana.
Om Bambang menanyai Adikku :
"Kamu ambil buah kecubung di mana ?".
Adikku menjawab :
"Di kali Sukalila sebelahnya Om".
Om Bambang tanya lagi :
"Di suruh siapa ?".
Weda menjawab :
"Di suruh Ali Om... ".
Om Bambang pun tersenyum, aku menyuapi Adikku, dan aku berterimakasih pada Om Bambang.
Tapi niatku sudah jauh, aku sakit hati Adikku di kerjai Ali, aku akan membalas Ali dengan caraku.
#Next
[4]. Besok nya pulang sekolah, aku hampiri Ram, aku ceritakan semuanya, Ram ini orang yang berani dan setiap aku ajak pasti tidak pernah nolak.
Aku minta pendapat pada Ram membalas Ali dengan makanan apa, apakah dengan rujak lagi ?
Aku bertanya pada Ram :
"Enak nya apa ya Ram kira2 Ali mau makan, dan mau nimbrung dengan rencana yang kita buat ?".
Ram menjawab :
"Kita cari kracak saja Den... Semua orang suka sama Kracak... ".
Ide yang bagus, kita memang selalu masak2kan dan hasil masakannya di bagi2, kadang Saya dan Ram juga suka mencuri Mangga orang kaya, dan hasilnya kita bagi2kan dan di rujak bersama.
Kadang saya dan Ram pun suka ngerjain orang kaya yang amat pelit, Mangga kadang kita ambil, kadang buah Delima, kadang buah jambu.
(Semoga Allah mengampuni Dosa2ku di masa itu. Aamiin).
Aku dan Ram langsung menuju jalan Wahidin, jaman dulu pinggir jalan banyak rumah2 kosong, aku bawa kantung kresek yang besar, kadang nemu kresek di jalan yang kosong aku pungut untuk tempat Kracak (keong sawah).
Misiku bawa kracak harus banyak, aku dan Ram masuk rawa2, rumah kosong yang angker dan mungkin saja banyak ular2 di rawa2 itu, tapi kami adalah anak kampung yang tak tahu takut dan bahaya.
Kalau sekarang... Maaf saja, di bayarpun ogah nyemplung ke sawah/rawa, jalan di rumput yang tinggi saja kakiku gemetar.
Aneh bin Ajain, dulu pemberani ular buat mainan, tapi setelah dewasa malah takut luar biasa, jangankan ular, cacing saja kalau ada di depan mata saya kabur, ya karena ada Trauma sendiri.
Tak jarang aku merogoh lobang2 dalam air dan di antara daun kangkung, yang aku dapatkan malah bekicot, kadang kodok yang kami tangkap.
Tapi saat itu kalau salah sasaran yang kami ambil, kami malah tertawa bersama tanpa takut sedikitpun, kadang tangan kamipun menyentuh duri dan terluka, tapi itu biasa buat kami.
5 kantong kresek terisi penuh, sampai bingung kita membawanya.[5]. Kita membawa plastik isi kracak sampai di bopong seperti gendong orok, kami ketawa saja, sampai ada tukang becak yang menegur kami :
"Nok bawa apa itu ?".
Saya menjawab :
"Kracak Mang... ".
Tukang becak itu menjawab :
"Banyak sekali Nok... Mamang boleh minta sedikit ga Nok buat makan nanti sore... ".
Aku pun kasihan dan menjawab :
"Boleh Mang... Ini satu kresek buat Mamang ".
Tukang becak sangat senang dan menjawab :
"Waduh banyak sekali Nok, pinteran nyarinya Nok... Kesuwun ya Nok... ".
Ram langsung bertanya padaku :
"Den... Nyarinya sampai susah kok ngasihnya banyak... ".
Aku jawab :
"Ini udah banyak Ram, kasihan dia bilangnya buat makan".
Ram pun diam, misi ke dua adalah ambil buah kecubung di pinggir kali.
Kali ini tantangannya adalah harus menerobos ilalang yang tinggi, dan pohon2.
Sejenak aku pandangi, aku makin greget dan sakit hati pada Ali, Adikku pasti di paksa menerobos untuk mengambil buah kecubung, rasa kasihan pada Adikku timbul, dan aku berjanji akan melindungi Adik2ku.
Aku simpan Krecek di pinggir kali dan aku sembunyikan di balik batu, aku tak menyadari waktu begitu cepat berlalu dan Matahari hampir tenggelam.
Aku dan Ram menerobos rimbunan daun2 dan semak belukar, hanya Ram yang tahu wujud buah itu, karena sering lihat Kakak Ram si Darmin membawanya.
Sedangkan aku tak pernah tahu wujudnya seperti apa.
#Next
[6]. Aku berhenti celanaku ke sangkut duri, Ram sudah jalan duluan dengan lihay nya. Ternyata ada rumah gubug di pinggir pohon duduk seorang wanita.
Aku menyapanya :
"Permisi Mbah... Punten numpang lewat... ".
Wanita itu mengangguk, dan Ram menolehku dan bertanya :
"Den... Ngomong sama siapa barusan !".
Aku menjawab :
"Itu sama Mbah tua Ram, ga enak masa lewat depannya ga permisi, kamu tadi nyelonong aja ga permisi".
Ram menoleh ke belakang, dan menjawab :
"Mana Den... Saya ga lihat siapa2 kok !".
Aku menoleh ke belakang dan menunjukkan pada Ram :
"Itu Ram yang duduk menghadap sana, masa kamu gag lihat !, matamu minus kali Ram !".
Ram garuk2 kepala seperti berpikir dan kita melanjutkan perjalanan, ternyata buahnya di pojok dan Ram menunjuk :
"Itu Den ! Itu tuh buah kecubung !".
Aku dan Ram senang berhasil menemukan buah kecebung, namun halangan datang, ular hijau dan uled2 di depan mata, aku dan Ram ambil kerikil dan ranting untuk mengusir hewan2 itu.
Ram berhasil memetik buah kecubung mirip buah ciplukan tapi ini bulad, Ram mengantongi buah kecubung lumayan banyak.
[7]. Waktu sudah turun gelap, Ram berjalan di depanku mendadak berhenti dan membisikkan :
"Den... Itu Den... Di atas pohon Kunti Den... ".
Ram langsung pindah ke belakangku, aku yang masih memegang kerikil bekas usir ular, membaca Doa.
Aku kasih kode ke Ram...
"Ram habis aku lempar dengan batu kita lari ya... ".
Ram pun mengangguk, Kuntilanak dengan cekikikan, suaranya memekik membuat telinga saya dan Ram seperti mendengar suara gendang yang di pukul sangat kencang, kaki kami tiba2 gemetar, ular besar lewat tepat di depan kami, Adzan Magrib pun tiba, aku melempar batu ke arah kuntilanak, bacaan ringan yang di ajarkan Mbahku kalau ketemu setan sebelum di lempar batu di bacakan Doa.
Setelah ular lewat aku dan Ram lari terbirit-birit, sampai di pinggir kali, aku ambil kracak, dan kamipun lanjutkan lari.
Sampai di gerbang Jl. Sukasari nafas kami ngos2san, harusnya jam segini aku sudah siap2 ke Masjid, aku sudah lewatkan sholat Ashar, aku memprediksi hal yang kemungkinan terjadi, dan sudah pasti tiba di rumah nanti Mbah Putri dan Tante pasti ngomel2.
Aku dan Ram menyimpan Kracak di bawah pohon belimbing.
Kami berpisah dan menuju rumah masing2. Dan kami janjian jam 7 ketemuan lagi.
Mbah putri langsung menyambut mesra ketus :
"Bocah perawan wayah gini baru pulang, dari mana kamu !".
Aku diam saja, aku melihat Mbah Akung, rupanya Mbah sudah pulang, aku langsung menghampiri dan mengajaknya bicara :
"Mbah... Oleh2nya mana ?".
Mbah Akung menjawab :
"Itu sama Mbah Putri, tape kesukaanmu sama opak beca".
Aku melirik Mbah Putri, dan Mbah Putri melanjutkan marah :
"Bocah kalau di manja ya kaya gini !, di ajak bicara ga mau dengar, sana mandi !".
Mbah Akung merangkulku dan menyuruh mandi, seumur hidupku hanya Mbah Akung yang tidak marah padaku, padahal aku tahu Mbah Akung galak sama siapa saja yang membangkang.
Setelah mandi aku siap2 main, namun pintu di kunci Mbah Putri, dan aku merengek pada Mbah Akung :
"Mbah... Buka pintunya Mbah... Mau main slodoran Mbah... Cuma di depan rumah kok... ".
Mbah Akung merintah Mbah Putri untuk membukakan pintu, tapi Mbah Putri malah marah :
"Jangan di biasakan main malam2, anak perawan anteng di rumah !, kalau ada apa2 Bapakmu yang ngamuk sama Mbah !".
#Next[8]. Aku menundukkan kepala dan cemberut, rupanya Mbah Akung tidak tega langsung ke pintu depan dan membuka slot kunci di atas pintu, rumah kami dulu memang pintunya tinggi, jadi hanya orang dewasa yang tinggi bisa membukanya.
Aku langsung girang, aku ke teras depan dan melihat Ram sudah duduk.
Aku langsung bicara pad Ram :
"Ram pung... Pung yuk, kita ajak lomba maen slodoran.... ".
Ram langsung menyambut :
"Ayo Den... ".
Kami menuju pinggir jalan ke tempat penjual Es Batok dan es susruk, biasanya Ali dkk kumpul di sana, dan benar saja, Ali sedang menikmati Es Batok, dan aku hampiri Ali... :
"Li... Ajak teman2mu yuk main slodoran di halamanku, nanti kalau kamu menang, besok aku masakin Kracak... ".
Ali menjawab :
"Ach jangan bohong, nanti kalau group kita menang kamu bohong !".
Aku menjawab :
"Kalau kamu ga percaya ikut aku, kracaknya sudah ada, aku simpan di bawah pohon belimbing".
Ali langsung semangat dan ngajak teman2nya untuk main slodoran di halamanku, tapi Ali cerdik, dia memintaku melihat kracak dulu, dan setelah di lihat benar ada, kamipun gotong royong ambil air ke sumur.
Aku membantu Ali membuat garis di halaman yang masih tanah asli, kami membuat kotak2.
Di antara Groupku yang paling jago adalah Aku, tapi aku main sengaja kalah, aku pura2 lambat lari agar lawan bisa menyentuh tanganku.
Dan berhasil membuat Group Ali menang.
Ali langsung bangga dan nagih janji :
"Besok jam berapa nih kita makan2 kracak !".
Aku jawab :
"Pulang sekolah ya, nanti kalau sudah matang aku kabari".
Misi berhasil, aku dan Ram tersenyum puas, aku akan buat si Ali kapok dan tidak mengulangi lagi ngerjain orang.
Tiba2 Ram sakit dan bilang padaku :
"Den kepalaku pusing, aku pulang dulu ya... ".
Aku menjawab :
"Mungkin kamu capek Ram, masuk angin mungkin Ram, yaudah sana pulang... ".
Ram pun pulang dan aku pulang, aku tertidur pulas, namun jam 1 dini hari suara ketukan keras :
"Dor... Dor... Dor... !! ".
Aku terbangun dan Mbah Akung membukakan pintu, ternyata Ibu Ram yang datang dengan cemas dan bicara :
"Mbah... Tolongin saya Mbah... Ram nginggau2 dan ngamuk Mbah, Ram jerit2 badannya panas Mbah... ".
Mbahku menjawab :
"Ya sudah nanti aku susul ke sana, kamu pulang saja dulu... ".
Aku merasa bersalah mengajak Ram tadi siang, aku penasaran sekali, diam2 aku ikuti Mbah Akung dari jauh, sampai Mbah masuk rumah.
Aku dari bilik pintu mendengar Ram meraung2 nangis dan ketawa.
Beberapa saat kemudian tidak terdengar suara Ram lagi.
Aku mendengar Mbah menyampaikan :
"Bocah kesambet, ada kuntilanak ikut dia... ".
Aku tercengang mendengar Mbah berkata seperti itu, aku buru2 pulang sebelum Mbah tahu aku mengikutinya, aku langsung masuk kamar dan pura2 tidur sambil membayangkan Kuntilanak yang saya temui sore tadi.
Aku mendengar suara pintu di buka, itu pasti Mbah, namun terdengar lagi suara pintu kamarku di buka, dan aku kaget.
Mbah langsung duduk di sampingku dan bicara :
"Jangan pura2 tidur Den... Jangan sekali2 lagi keluar malam2 kaya tadi".
Aku terkejut dan aku langsung bangun dan duduk :
"Mbah kok tahu ?".
Mbah tersenyum dan kasih kode agar aku bicara pelan, dan Mbah bertanya :
"Tadi kamu dari mana ?, sampai kuntilanak ikuti Ram... ".
Akupun bercerita detail cari kracak dan cerita ketemu nenek tua, tapi Ram tidak melihat hanya aku yang lihat, tapi aku tidak cerita kalau kami ambil buah kecubung.
Mbah menjawab :
"Untung saja kamu melihat mahluk itu dan permisi, kuntilanak marah karena Ram sudah menginjak baju dan rambutnya, dan mengambil sesuatu di sana".
Aku terkejut dan bertanya :
"Jadi nini itu kuntilanak Mbah ?".
Mbah menjawab :
"Ya... Itu mahluk halus Den, tenang saja, Mana berani setan ganggu cucu Mbah... ".
Akupun tenang dan Mbah menyuruhku tidur lagi.
#Next
[9]. Pagi sudah menyambut, siangpun datang, Ram sudah bernyanyi2 kecil di sumur memberi kode, aku langsung hampiri Ram di bawah pohon belimbing dan aku bertanya pada Ram :
"Ram semalam kamu sakit dan teriak2 ?".
Ram menjawab :
"Iya Den, kuntilanak sialan, ngerasukin ga bilang2".
Kamipun tertawa bersama, cekikikan sambil membungkam mulut kami masing2 dengan tangan, karena takut keluarga kami mendengar. Lucu sekali mendengar jawaban Ram.
Kami menuju Bi Enah, dia biasanya mau memasakkan karena dia ikut andil merasakan Kracak dan dapat bagian nantinya, aku dan Ram menuju kebon cari daun pisang.
Aku membantu Bi enah memotong daun dan lidi, masakanpun matang, dengan bumbu kuning di tambah kelapa muda nikmat sekali.
Bagian untuk Ali saya pisahkan, Ram dengan cekatan menumbuk 2 buah kecubung, kami mau menuju ke markas Ali, tapi mereka malah menghampiri kami sendiri menagih janji.
Aku cari akal sama Ram gimana caranya sebelum dia makan kita kerjain dulu apa yang akan dia ucapkan.
Karena Ali ini bukan orang bodoh.
Ram mengajukan ide sedikit kocak, dan langsung Ram bicara :
"Den, Ali kan pernah titip salam sama kamu, tapi kamu cuek aja, suruh baca puisi saja".
Aku menjawab :
"Mana mungkin dia mau melakukannya, dia bukan orang bodoh".
Ram menjawab :
"Kita pura2 tanya sama dia bagaimana cara membaca puisi, apa salahnya di coba !".
Akupun menuruti saja kemauan Ram, akupun menulis puisi dengan instan.
Ali menghampiriku :
"Den mana kracak bagian kita !"
Aku jawab :
"Tenang ada ini udah mateng, bagian kamu yang paling banyak, tapi sebelum nya aku minta kamu ajari aku baca puisi dong !".
Ali tertawa ngakak dan merebut lembaran kertas yang aku tulis, dan dia ngoceh2 :
"Apaan ini ! Hahahah, Den Ayu Indah yang di sana, di atas gunung di atas bulan di atas bintang, aku akan menjemputmu, hahahah ini apa ?!".
Akupun merebut kertas dan memberi Ali Kracak, dia makan di tempat, teman2nya sangat lahap, tapi Ali sedikit meringis seperti ada rasa campuran rasa, tapi melihat teman2nya lahap dan sampai airpun di habiskan, Ali pun tuntas menghabiskan.
Batinku : "Hemmm rasakan pembalasan Adikku yang kamu permalukan !".
Aku dan Ram segera berlalu dan kita naik pohon kersem, kami tertawa ngakak karena misi berhasil.
Padahal sesungguhnya ini perbuatan tidak baik.
Aku manusia biasa yang pernah melakukan dosa.
Aku dan Ram menunggu hasil bagaimana reaksi buah kecubung terhadap Ali, malamnya aku dan Ram mencari Ali dan bertanya pada teman2nya :
"Ali mana ?".
Kawannya menjawab :
"Dia diare, mulas2, dia tidur, kenapa cari Ali ?".
Aku menjawab :
"Mau ajak main slodoran !".
Aku dan Ram duduk di teras dan ngobrol...
"Ram misi kita gagal deh, Ali kuat kayanya Ram, gada reaksi !".
Ram menjawab : "Iya ya, aneh ya Den... ".
Aku pun bertanya : "Itu benar buah kecubung bukan sie ?".
Ram menjawab : "Benar kok Den itu kayanya... ".
Aku menjawab : "Coba mana lihat, masih ada ga buahnya, aku mau tanya Mbahku".
Ram pun pulang dan lari membawa Buahnya, aku langsung hampiri Mbah dan bertanya :
"Mbah... Ini buah apa Mbah ?".
Mbah memandanginya dan menjawab :
"Ini Buah kecubung, kamu dapat dari mana ?"
Aku jawab : "Ambil di pinggir kali Mbah... ".
Mbah bertanya lagi : "Buat apa Den ?, ini buah dan daunnya bisa bikin mabuk, buang jauh2 Den... ".
Lalu aku ceritakan pada Mbah :
"Mbah kemarin2 Weda di kerjain Ali, di suruh makan rujak campur buah ini, untung ada om Bambang, nah aku balas Mbah... Aku kasih kracak buat Ali sudah ada tumbukan buah kecubungnya... ".
Mbah Akung menghela nafas panjang dan menasehatiku :
"Den jangan di ulangi ya... Balas dendam itu dosa, tidak baik, jangan ulangi lagi".
Aku jawab : "Iya Mbah... ".
#Next[10]. Mbah memakai kopiah dan sarung, dan mengajakku pergi, aku senang sekali, karena biasanya Mbah kalau obatin Pasien selalu ajak aku, karena di rumah aku tidak betah, Mawar kadang usil.
Aku jalan bersama Mbah, di tengah jalan Mbah di sapa tetangga :
"Kang... Cucunya Wa Enyol mabok tuh kaya kerasupan, teriak2... ".
Mbah menjawab :
"Ya ini mau ke sana... ".
Hah ??? Aku terkejut sekali, ternyata tujuan Mbah ke rumah Ali, Mbah melirikku sambil tersenyum, Mbah paham aku terkejut dan cemberut.
Sampai di rumah Ali, aku mendengar Ali sedang ngoceh2 :
"Apaan ini ! Hahahah, Den Ayu Indah yang di sana, di atas gunung di atas bulan di atas bintang, aku akan menjemputmu, hahahah ini apa ?!".
Aku menahan tawaku, Ali mengucapkan itu berkali2.
Orangtua Ali sangat senang dengan kehadiran Mbah.
Mbah langsung bicara pada orangtuanya :
"Cari air kelapa muda, bawa ke sini, dan minta segelas air putih".
Ayah Ali langsung keluar mencari air kelapa muda.
Mbah menyuruh Ali duduk, Ali nurut saja, Mbah memang pintar menghadapi orang yang akan di sembuhkan, Mbah menyuruhnya minum setelah di bacakan Doa, beberapa saat kemudian, Ayah Ali datang dan menyerahkan air kelapa muda, Ali sempoyongan, Mbah menyuruhnya minum.
Kemudian Ali pun tertidur, dan Mbah berpesan pada orangtuanya :
"Jangan bangunkan dia, biar dia bangun sendiri, dia akan tertidur lama, nanti kalau bangun berikan susu asli sapi".
Orangtua Ali hanya mengiyakan dan mengucapkan terimakasih.
Akupun pulang bersama Mbah, di tengah jalan Mbah bercerita :
"Dulu untung Adikmu hanya memakan sedikit buah kecubung, jadi pulihnya cepat, tapi Ali, dia sudah makan buah kecubung lumayan banyak, jangan di ulangi Den... Kalau tidak kuat, bisa2 nyawanya tidak tertolong... ".
Aku bertanya pada Mbah :
"Tapi Mbah, tadi dia bangun Mbah... ".
Mbah menjawab :
"Buah itu dari dulu ada penunggunya, kalau tidak ijin, siapapun yang makan akan kerasukan Den, jadi yang ngoceh2 itu bukan Ali, tapi yang merasukinya... ".
Beberapa hari kemudian, Ali datang ke rumahku ingin bertemu Mbah dan mengucapkan terimakasih, di situlah aku bicara pada Ali, kalau aku memberinya buah kecubung karena sakit hati Ali telah meracuni Adikku.
Alipun tidak marah dan balik minta maaf. Dan Mbah menasehati Ali dengan bijak.
Sejak kejadian itu, Ali baik dan selalu melindungi Adikku jika ada yang nakal pada Adikku.
Kuntilanak saja tidak mau kediamannya di datangi tamu yang selonong boy....
Akhirnya aku paham...
Setan saja tahu Etika...
Kalau bertamu harus permisi...
Kalau manusia tidak punya Etika...
Maka malulah pada Mahluk Gaib...
Hanya itu sepenggal kisah...
Mengajari aku bahwa balas dendam itu tidak baik...
Buah kecubung ini dahsyat, jika kita menggunakannya di luar dosis meracuni orang, maka akan membunuh seseorang.
Stop berpikir curang !, jaman sekarang buah kecubung sudah langka, yang banyak kopi Sianida !!
Ada lagi yang sadis adalah mempergunakan ilmu Gaib dengan main2 dan beraninya main belakang.
Ilmu sesat dan pengecut biasanya di balik topeng, dan mengirim mahluk2 halus untuk menakuti sasarannya.
Hati2 bertindak kalau tidak ingin masuk penjara dan Neraka.
Jadi janganlah bermain2 dengan Dosa, karena perbuatan manusia itu akan selalu menerima imbas dari perbuatannya sendiri.
Sekian...
Terimakasih...
TAMAT
Lansung saja untuk pengalaman ku satu ini ngga usah panjang lebar keburu para pemburu cerita mistis ngga sabar
Jaman SMP pulang sekolah lepas seragam, makan langsung main, maklum merdeka dan bebas karena jauh dari orang tua.
Saat itu adik laki2 saya masih SD kelas VI, Adik saya Weda sering sekali menjadi tanggapan teman2nya, uang jajan sering di palak untuk jajan bersama, kalau mau gabung main dengan mereka pasti harus setor uang dulu, cuma Adikku ini tipe orang yang tidak ngaduan.
Suatu hari teman2nya ini bikin acara rujak beubeuk/rujak di tumbuk di dalam bambu, 3 orang sasaran termasuk Weda Adikku, masuk dalam daftar yang akan di kerjai Ali.
Ali terkenal dengan sebutan jagoan, karena dia selalu menang tiap berkelahi, menang tiap main slodor, toklek, kelereng, dan lempar bola, usianya terpaut 4th lebih tua dari Adikku.
Rupanya rujak tumbuk ini sudah di beri campuran buah kecubung, dan sudah terkenal di daerah saya, orang suka iseng ngerjain dengan buah kecubung ini. Dan jika siapa saja yang memakannya pasti dia akan melakukan gerakan sebelum dia makan dan akan tidur sangat lama.
#Next....
[2]. Semua anak2 sudah antri rujak buatan Ali, ya memang Ali ini jago buat rujak tumbuk dari campuran mangga, jambu biji, ubi (boled), mengkudu di campur cabai, asem cempaluk, gula jawa, garam dan terasi.
Tentu saja bahan2 membuat rujak ini dari hasil palak Ali pada anak buahnya.
Saya juga pernah mencicipi rujak buatan Ali ini enak.
Ali sudah menyiapkan daun di wincuk (daun di bentuk wadah dengan di jepit lidi yang di potong kecil2).
Giliran 3 orang yang akan di bagikan, Ali menyuruh membuka baju dan celana kalau mau rujak buatan Ali.
Merasa masih kecil dan belum punya malu, akhirnya Adikku dan dua temannya menuruti kemauan Ali.
Tidak hanya di situ saja, setelah telanjang, Ali menyuruhnya joget2.
Adikku dan dua teman lainnya hanya menuruti saja, apalagi mereka takut sama Ali si Jegger ini.
Kalau ada yang rumahnya di Jl.Kembang di Cirebon, pasti kenal dengan nama Ali ini, usianya 49th sekarang, tapi kejadian kecubung ini dulu yah... 37th yang lalu.
Di usia 20 tahun sudah beda, Ali di bimbing Ustad dia menjadi orang yang baik. Itu Vigur Ali yah.
Oke saya lanjutkan, setelah joget2, Adikku di suruh makan dalam keadaan telanjang, rasa yang amat pedas, tetap di makan Adikku, padahal Adikku ini tidak suka pedas.
Selesai makan rujak, Adikku memakai baju dan celana. Ali bersama teman2nya puas dan tersenyum bahagia merasa berhasil ngerjai Adikku dan dua kawannya.
Lepas Ashar aku mendapati Adikku tidur di teras depan Rumah Mbahku, Weda dan aku hanya terpaut beda 1 tahun, namun badanku lebih bongsor, Weda keliatan pendek dan imut, tapi justru setelah SMA, di antara Adik2ku malah aku yang paling pendek dengan tinggi hanya 160cm.
Aku membopong Adikku sampai ke bale/dipan, aku kaget badan Adikku sangat panas, aku membangunkan Adikku... :
"Dek... Dek... Bangun Dek... Ga baik mau magrib tidur... ".
Adikku tidak bergeming sama sekali, tetap tidur dan tidak menjawab.
Aku lihat dada nya masih bernafas, artinya masih hidup, aku heran dan panik, apalagi Mbah Akung tidak ada di rumah sedang ngobatin orang.
Aku langsung ambil sapu tangan dan mengompresnya.
#Next[3]. Aku ke Masjid bersama teman2 untuk melaksanakan sholat Magrib, aku tinggalkan Adikku, pulang dari Masjid aku pegang kepala Adikku makin Panas.
Aku elus2 kepalanya aku bacakan Doa2 pendek yang di ajarkan Mbah.
Tiba2 Adikku menginggau... :
"Hihihihihihi.... ".
Aku kaget, aku bangunkan Adikku... :
"Dik bangun Dik, makan dulu Dik... Terus minum obat... ".
Adikku bangun dan matanya melotot dan menjawab :
"Kamu siapa ?".
Wah aku sangat kaget Adikku tidak mengenaliku, dia seperti kerasukan, dia bangun jalan ke belakang dan ke depan sambil tertawa dan dia balik lagi ke dipan.
Aku menyaksikan adegan itu melongo saja tak habis pikir.
Aku dekati Adikku, dia berkeringat dan badannya mendadak dingin.
Di rumah sepi, Mbah putri sedang ke parujakan ke rumah tanteku, aku minta bantuan Ustad Bambang, yang pernah belajar kitab Kuning di celancang, aku khawatir aku tidak bisa mengobati Adikku.
Aku biasa memanggilnya Om Bambang karena masih saudara, aku ceritakan ke Om Bambang langsung menebak dan bicara :
"Adikmu pasti makan buah kecubung".
Aku kaget dan bertanya :
"Kok Om tahu ?".
Dan Om Bambang menjawab :
"Tadi Om habis ngobatin 2 orang, katanya cari Mbahmu gada di rumah.. "
Aku jawab :
"Ya Om, Mbah lagi ke kuningan".
Aku dan Om Bambang menuju rumah, tapi kami kaget, melihat Adikku sudah ada di lapangan depan teras rumah kami, dalam keadaan telanjang dan joget, mata Adikku terpejam, dia ketawa2 sambil berjoget.
Tetangga2 pada keluar dan menonton Adikku, tapi mereka tidak menertawakan, mereka malah kasihan pada Adikku, kalau tidak kerasukan ya makan buah kecubung.
Om Bambang menghampiri Adikku, dan Adikku berhenti dan melotot dan mendorong Om Bambang sampai Om Bambang mundur 3 langkah.
Om Bambang langsung bicara :
"Ini bocah kesambet, bukan cuma makan buah kecubung".
Om Bambang langsung mendekati Adikku dengan sigap dan memeluknya erat sambil di doakan, Adikku tiba2 terkulai lemas dan di bopong Om Bambang.
Adikku di rebahkan di dipan, dan sadar
Adikku langsung memakai baju dan celana.
Om Bambang menanyai Adikku :
"Kamu ambil buah kecubung di mana ?".
Adikku menjawab :
"Di kali Sukalila sebelahnya Om".
Om Bambang tanya lagi :
"Di suruh siapa ?".
Weda menjawab :
"Di suruh Ali Om... ".
Om Bambang pun tersenyum, aku menyuapi Adikku, dan aku berterimakasih pada Om Bambang.
Tapi niatku sudah jauh, aku sakit hati Adikku di kerjai Ali, aku akan membalas Ali dengan caraku.
#Next
[4]. Besok nya pulang sekolah, aku hampiri Ram, aku ceritakan semuanya, Ram ini orang yang berani dan setiap aku ajak pasti tidak pernah nolak.
Aku minta pendapat pada Ram membalas Ali dengan makanan apa, apakah dengan rujak lagi ?
Aku bertanya pada Ram :
"Enak nya apa ya Ram kira2 Ali mau makan, dan mau nimbrung dengan rencana yang kita buat ?".
Ram menjawab :
"Kita cari kracak saja Den... Semua orang suka sama Kracak... ".
Ide yang bagus, kita memang selalu masak2kan dan hasil masakannya di bagi2, kadang Saya dan Ram juga suka mencuri Mangga orang kaya, dan hasilnya kita bagi2kan dan di rujak bersama.
Kadang saya dan Ram pun suka ngerjain orang kaya yang amat pelit, Mangga kadang kita ambil, kadang buah Delima, kadang buah jambu.
(Semoga Allah mengampuni Dosa2ku di masa itu. Aamiin).
Aku dan Ram langsung menuju jalan Wahidin, jaman dulu pinggir jalan banyak rumah2 kosong, aku bawa kantung kresek yang besar, kadang nemu kresek di jalan yang kosong aku pungut untuk tempat Kracak (keong sawah).
Misiku bawa kracak harus banyak, aku dan Ram masuk rawa2, rumah kosong yang angker dan mungkin saja banyak ular2 di rawa2 itu, tapi kami adalah anak kampung yang tak tahu takut dan bahaya.
Kalau sekarang... Maaf saja, di bayarpun ogah nyemplung ke sawah/rawa, jalan di rumput yang tinggi saja kakiku gemetar.
Aneh bin Ajain, dulu pemberani ular buat mainan, tapi setelah dewasa malah takut luar biasa, jangankan ular, cacing saja kalau ada di depan mata saya kabur, ya karena ada Trauma sendiri.
Tak jarang aku merogoh lobang2 dalam air dan di antara daun kangkung, yang aku dapatkan malah bekicot, kadang kodok yang kami tangkap.
Tapi saat itu kalau salah sasaran yang kami ambil, kami malah tertawa bersama tanpa takut sedikitpun, kadang tangan kamipun menyentuh duri dan terluka, tapi itu biasa buat kami.
5 kantong kresek terisi penuh, sampai bingung kita membawanya.[5]. Kita membawa plastik isi kracak sampai di bopong seperti gendong orok, kami ketawa saja, sampai ada tukang becak yang menegur kami :
"Nok bawa apa itu ?".
Saya menjawab :
"Kracak Mang... ".
Tukang becak itu menjawab :
"Banyak sekali Nok... Mamang boleh minta sedikit ga Nok buat makan nanti sore... ".
Aku pun kasihan dan menjawab :
"Boleh Mang... Ini satu kresek buat Mamang ".
Tukang becak sangat senang dan menjawab :
"Waduh banyak sekali Nok, pinteran nyarinya Nok... Kesuwun ya Nok... ".
Ram langsung bertanya padaku :
"Den... Nyarinya sampai susah kok ngasihnya banyak... ".
Aku jawab :
"Ini udah banyak Ram, kasihan dia bilangnya buat makan".
Ram pun diam, misi ke dua adalah ambil buah kecubung di pinggir kali.
Kali ini tantangannya adalah harus menerobos ilalang yang tinggi, dan pohon2.
Sejenak aku pandangi, aku makin greget dan sakit hati pada Ali, Adikku pasti di paksa menerobos untuk mengambil buah kecubung, rasa kasihan pada Adikku timbul, dan aku berjanji akan melindungi Adik2ku.
Aku simpan Krecek di pinggir kali dan aku sembunyikan di balik batu, aku tak menyadari waktu begitu cepat berlalu dan Matahari hampir tenggelam.
Aku dan Ram menerobos rimbunan daun2 dan semak belukar, hanya Ram yang tahu wujud buah itu, karena sering lihat Kakak Ram si Darmin membawanya.
Sedangkan aku tak pernah tahu wujudnya seperti apa.
#Next
[6]. Aku berhenti celanaku ke sangkut duri, Ram sudah jalan duluan dengan lihay nya. Ternyata ada rumah gubug di pinggir pohon duduk seorang wanita.
Aku menyapanya :
"Permisi Mbah... Punten numpang lewat... ".
Wanita itu mengangguk, dan Ram menolehku dan bertanya :
"Den... Ngomong sama siapa barusan !".
Aku menjawab :
"Itu sama Mbah tua Ram, ga enak masa lewat depannya ga permisi, kamu tadi nyelonong aja ga permisi".
Ram menoleh ke belakang, dan menjawab :
"Mana Den... Saya ga lihat siapa2 kok !".
Aku menoleh ke belakang dan menunjukkan pada Ram :
"Itu Ram yang duduk menghadap sana, masa kamu gag lihat !, matamu minus kali Ram !".
Ram garuk2 kepala seperti berpikir dan kita melanjutkan perjalanan, ternyata buahnya di pojok dan Ram menunjuk :
"Itu Den ! Itu tuh buah kecubung !".
Aku dan Ram senang berhasil menemukan buah kecebung, namun halangan datang, ular hijau dan uled2 di depan mata, aku dan Ram ambil kerikil dan ranting untuk mengusir hewan2 itu.
Ram berhasil memetik buah kecubung mirip buah ciplukan tapi ini bulad, Ram mengantongi buah kecubung lumayan banyak.
[7]. Waktu sudah turun gelap, Ram berjalan di depanku mendadak berhenti dan membisikkan :
"Den... Itu Den... Di atas pohon Kunti Den... ".
Ram langsung pindah ke belakangku, aku yang masih memegang kerikil bekas usir ular, membaca Doa.
Aku kasih kode ke Ram...
"Ram habis aku lempar dengan batu kita lari ya... ".
Ram pun mengangguk, Kuntilanak dengan cekikikan, suaranya memekik membuat telinga saya dan Ram seperti mendengar suara gendang yang di pukul sangat kencang, kaki kami tiba2 gemetar, ular besar lewat tepat di depan kami, Adzan Magrib pun tiba, aku melempar batu ke arah kuntilanak, bacaan ringan yang di ajarkan Mbahku kalau ketemu setan sebelum di lempar batu di bacakan Doa.
Setelah ular lewat aku dan Ram lari terbirit-birit, sampai di pinggir kali, aku ambil kracak, dan kamipun lanjutkan lari.
Sampai di gerbang Jl. Sukasari nafas kami ngos2san, harusnya jam segini aku sudah siap2 ke Masjid, aku sudah lewatkan sholat Ashar, aku memprediksi hal yang kemungkinan terjadi, dan sudah pasti tiba di rumah nanti Mbah Putri dan Tante pasti ngomel2.
Aku dan Ram menyimpan Kracak di bawah pohon belimbing.
Kami berpisah dan menuju rumah masing2. Dan kami janjian jam 7 ketemuan lagi.
Mbah putri langsung menyambut mesra ketus :
"Bocah perawan wayah gini baru pulang, dari mana kamu !".
Aku diam saja, aku melihat Mbah Akung, rupanya Mbah sudah pulang, aku langsung menghampiri dan mengajaknya bicara :
"Mbah... Oleh2nya mana ?".
Mbah Akung menjawab :
"Itu sama Mbah Putri, tape kesukaanmu sama opak beca".
Aku melirik Mbah Putri, dan Mbah Putri melanjutkan marah :
"Bocah kalau di manja ya kaya gini !, di ajak bicara ga mau dengar, sana mandi !".
Mbah Akung merangkulku dan menyuruh mandi, seumur hidupku hanya Mbah Akung yang tidak marah padaku, padahal aku tahu Mbah Akung galak sama siapa saja yang membangkang.
Setelah mandi aku siap2 main, namun pintu di kunci Mbah Putri, dan aku merengek pada Mbah Akung :
"Mbah... Buka pintunya Mbah... Mau main slodoran Mbah... Cuma di depan rumah kok... ".
Mbah Akung merintah Mbah Putri untuk membukakan pintu, tapi Mbah Putri malah marah :
"Jangan di biasakan main malam2, anak perawan anteng di rumah !, kalau ada apa2 Bapakmu yang ngamuk sama Mbah !".
#Next[8]. Aku menundukkan kepala dan cemberut, rupanya Mbah Akung tidak tega langsung ke pintu depan dan membuka slot kunci di atas pintu, rumah kami dulu memang pintunya tinggi, jadi hanya orang dewasa yang tinggi bisa membukanya.
Aku langsung girang, aku ke teras depan dan melihat Ram sudah duduk.
Aku langsung bicara pad Ram :
"Ram pung... Pung yuk, kita ajak lomba maen slodoran.... ".
Ram langsung menyambut :
"Ayo Den... ".
Kami menuju pinggir jalan ke tempat penjual Es Batok dan es susruk, biasanya Ali dkk kumpul di sana, dan benar saja, Ali sedang menikmati Es Batok, dan aku hampiri Ali... :
"Li... Ajak teman2mu yuk main slodoran di halamanku, nanti kalau kamu menang, besok aku masakin Kracak... ".
Ali menjawab :
"Ach jangan bohong, nanti kalau group kita menang kamu bohong !".
Aku menjawab :
"Kalau kamu ga percaya ikut aku, kracaknya sudah ada, aku simpan di bawah pohon belimbing".
Ali langsung semangat dan ngajak teman2nya untuk main slodoran di halamanku, tapi Ali cerdik, dia memintaku melihat kracak dulu, dan setelah di lihat benar ada, kamipun gotong royong ambil air ke sumur.
Aku membantu Ali membuat garis di halaman yang masih tanah asli, kami membuat kotak2.
Di antara Groupku yang paling jago adalah Aku, tapi aku main sengaja kalah, aku pura2 lambat lari agar lawan bisa menyentuh tanganku.
Dan berhasil membuat Group Ali menang.
Ali langsung bangga dan nagih janji :
"Besok jam berapa nih kita makan2 kracak !".
Aku jawab :
"Pulang sekolah ya, nanti kalau sudah matang aku kabari".
Misi berhasil, aku dan Ram tersenyum puas, aku akan buat si Ali kapok dan tidak mengulangi lagi ngerjain orang.
Tiba2 Ram sakit dan bilang padaku :
"Den kepalaku pusing, aku pulang dulu ya... ".
Aku menjawab :
"Mungkin kamu capek Ram, masuk angin mungkin Ram, yaudah sana pulang... ".
Ram pun pulang dan aku pulang, aku tertidur pulas, namun jam 1 dini hari suara ketukan keras :
"Dor... Dor... Dor... !! ".
Aku terbangun dan Mbah Akung membukakan pintu, ternyata Ibu Ram yang datang dengan cemas dan bicara :
"Mbah... Tolongin saya Mbah... Ram nginggau2 dan ngamuk Mbah, Ram jerit2 badannya panas Mbah... ".
Mbahku menjawab :
"Ya sudah nanti aku susul ke sana, kamu pulang saja dulu... ".
Aku merasa bersalah mengajak Ram tadi siang, aku penasaran sekali, diam2 aku ikuti Mbah Akung dari jauh, sampai Mbah masuk rumah.
Aku dari bilik pintu mendengar Ram meraung2 nangis dan ketawa.
Beberapa saat kemudian tidak terdengar suara Ram lagi.
Aku mendengar Mbah menyampaikan :
"Bocah kesambet, ada kuntilanak ikut dia... ".
Aku tercengang mendengar Mbah berkata seperti itu, aku buru2 pulang sebelum Mbah tahu aku mengikutinya, aku langsung masuk kamar dan pura2 tidur sambil membayangkan Kuntilanak yang saya temui sore tadi.
Aku mendengar suara pintu di buka, itu pasti Mbah, namun terdengar lagi suara pintu kamarku di buka, dan aku kaget.
Mbah langsung duduk di sampingku dan bicara :
"Jangan pura2 tidur Den... Jangan sekali2 lagi keluar malam2 kaya tadi".
Aku terkejut dan aku langsung bangun dan duduk :
"Mbah kok tahu ?".
Mbah tersenyum dan kasih kode agar aku bicara pelan, dan Mbah bertanya :
"Tadi kamu dari mana ?, sampai kuntilanak ikuti Ram... ".
Akupun bercerita detail cari kracak dan cerita ketemu nenek tua, tapi Ram tidak melihat hanya aku yang lihat, tapi aku tidak cerita kalau kami ambil buah kecubung.
Mbah menjawab :
"Untung saja kamu melihat mahluk itu dan permisi, kuntilanak marah karena Ram sudah menginjak baju dan rambutnya, dan mengambil sesuatu di sana".
Aku terkejut dan bertanya :
"Jadi nini itu kuntilanak Mbah ?".
Mbah menjawab :
"Ya... Itu mahluk halus Den, tenang saja, Mana berani setan ganggu cucu Mbah... ".
Akupun tenang dan Mbah menyuruhku tidur lagi.
#Next
[9]. Pagi sudah menyambut, siangpun datang, Ram sudah bernyanyi2 kecil di sumur memberi kode, aku langsung hampiri Ram di bawah pohon belimbing dan aku bertanya pada Ram :
"Ram semalam kamu sakit dan teriak2 ?".
Ram menjawab :
"Iya Den, kuntilanak sialan, ngerasukin ga bilang2".
Kamipun tertawa bersama, cekikikan sambil membungkam mulut kami masing2 dengan tangan, karena takut keluarga kami mendengar. Lucu sekali mendengar jawaban Ram.
Kami menuju Bi Enah, dia biasanya mau memasakkan karena dia ikut andil merasakan Kracak dan dapat bagian nantinya, aku dan Ram menuju kebon cari daun pisang.
Aku membantu Bi enah memotong daun dan lidi, masakanpun matang, dengan bumbu kuning di tambah kelapa muda nikmat sekali.
Bagian untuk Ali saya pisahkan, Ram dengan cekatan menumbuk 2 buah kecubung, kami mau menuju ke markas Ali, tapi mereka malah menghampiri kami sendiri menagih janji.
Aku cari akal sama Ram gimana caranya sebelum dia makan kita kerjain dulu apa yang akan dia ucapkan.
Karena Ali ini bukan orang bodoh.
Ram mengajukan ide sedikit kocak, dan langsung Ram bicara :
"Den, Ali kan pernah titip salam sama kamu, tapi kamu cuek aja, suruh baca puisi saja".
Aku menjawab :
"Mana mungkin dia mau melakukannya, dia bukan orang bodoh".
Ram menjawab :
"Kita pura2 tanya sama dia bagaimana cara membaca puisi, apa salahnya di coba !".
Akupun menuruti saja kemauan Ram, akupun menulis puisi dengan instan.
Ali menghampiriku :
"Den mana kracak bagian kita !"
Aku jawab :
"Tenang ada ini udah mateng, bagian kamu yang paling banyak, tapi sebelum nya aku minta kamu ajari aku baca puisi dong !".
Ali tertawa ngakak dan merebut lembaran kertas yang aku tulis, dan dia ngoceh2 :
"Apaan ini ! Hahahah, Den Ayu Indah yang di sana, di atas gunung di atas bulan di atas bintang, aku akan menjemputmu, hahahah ini apa ?!".
Akupun merebut kertas dan memberi Ali Kracak, dia makan di tempat, teman2nya sangat lahap, tapi Ali sedikit meringis seperti ada rasa campuran rasa, tapi melihat teman2nya lahap dan sampai airpun di habiskan, Ali pun tuntas menghabiskan.
Batinku : "Hemmm rasakan pembalasan Adikku yang kamu permalukan !".
Aku dan Ram segera berlalu dan kita naik pohon kersem, kami tertawa ngakak karena misi berhasil.
Padahal sesungguhnya ini perbuatan tidak baik.
Aku manusia biasa yang pernah melakukan dosa.
Aku dan Ram menunggu hasil bagaimana reaksi buah kecubung terhadap Ali, malamnya aku dan Ram mencari Ali dan bertanya pada teman2nya :
"Ali mana ?".
Kawannya menjawab :
"Dia diare, mulas2, dia tidur, kenapa cari Ali ?".
Aku menjawab :
"Mau ajak main slodoran !".
Aku dan Ram duduk di teras dan ngobrol...
"Ram misi kita gagal deh, Ali kuat kayanya Ram, gada reaksi !".
Ram menjawab : "Iya ya, aneh ya Den... ".
Aku pun bertanya : "Itu benar buah kecubung bukan sie ?".
Ram menjawab : "Benar kok Den itu kayanya... ".
Aku menjawab : "Coba mana lihat, masih ada ga buahnya, aku mau tanya Mbahku".
Ram pun pulang dan lari membawa Buahnya, aku langsung hampiri Mbah dan bertanya :
"Mbah... Ini buah apa Mbah ?".
Mbah memandanginya dan menjawab :
"Ini Buah kecubung, kamu dapat dari mana ?"
Aku jawab : "Ambil di pinggir kali Mbah... ".
Mbah bertanya lagi : "Buat apa Den ?, ini buah dan daunnya bisa bikin mabuk, buang jauh2 Den... ".
Lalu aku ceritakan pada Mbah :
"Mbah kemarin2 Weda di kerjain Ali, di suruh makan rujak campur buah ini, untung ada om Bambang, nah aku balas Mbah... Aku kasih kracak buat Ali sudah ada tumbukan buah kecubungnya... ".
Mbah Akung menghela nafas panjang dan menasehatiku :
"Den jangan di ulangi ya... Balas dendam itu dosa, tidak baik, jangan ulangi lagi".
Aku jawab : "Iya Mbah... ".
#Next[10]. Mbah memakai kopiah dan sarung, dan mengajakku pergi, aku senang sekali, karena biasanya Mbah kalau obatin Pasien selalu ajak aku, karena di rumah aku tidak betah, Mawar kadang usil.
Aku jalan bersama Mbah, di tengah jalan Mbah di sapa tetangga :
"Kang... Cucunya Wa Enyol mabok tuh kaya kerasupan, teriak2... ".
Mbah menjawab :
"Ya ini mau ke sana... ".
Hah ??? Aku terkejut sekali, ternyata tujuan Mbah ke rumah Ali, Mbah melirikku sambil tersenyum, Mbah paham aku terkejut dan cemberut.
Sampai di rumah Ali, aku mendengar Ali sedang ngoceh2 :
"Apaan ini ! Hahahah, Den Ayu Indah yang di sana, di atas gunung di atas bulan di atas bintang, aku akan menjemputmu, hahahah ini apa ?!".
Aku menahan tawaku, Ali mengucapkan itu berkali2.
Orangtua Ali sangat senang dengan kehadiran Mbah.
Mbah langsung bicara pada orangtuanya :
"Cari air kelapa muda, bawa ke sini, dan minta segelas air putih".
Ayah Ali langsung keluar mencari air kelapa muda.
Mbah menyuruh Ali duduk, Ali nurut saja, Mbah memang pintar menghadapi orang yang akan di sembuhkan, Mbah menyuruhnya minum setelah di bacakan Doa, beberapa saat kemudian, Ayah Ali datang dan menyerahkan air kelapa muda, Ali sempoyongan, Mbah menyuruhnya minum.
Kemudian Ali pun tertidur, dan Mbah berpesan pada orangtuanya :
"Jangan bangunkan dia, biar dia bangun sendiri, dia akan tertidur lama, nanti kalau bangun berikan susu asli sapi".
Orangtua Ali hanya mengiyakan dan mengucapkan terimakasih.
Akupun pulang bersama Mbah, di tengah jalan Mbah bercerita :
"Dulu untung Adikmu hanya memakan sedikit buah kecubung, jadi pulihnya cepat, tapi Ali, dia sudah makan buah kecubung lumayan banyak, jangan di ulangi Den... Kalau tidak kuat, bisa2 nyawanya tidak tertolong... ".
Aku bertanya pada Mbah :
"Tapi Mbah, tadi dia bangun Mbah... ".
Mbah menjawab :
"Buah itu dari dulu ada penunggunya, kalau tidak ijin, siapapun yang makan akan kerasukan Den, jadi yang ngoceh2 itu bukan Ali, tapi yang merasukinya... ".
Beberapa hari kemudian, Ali datang ke rumahku ingin bertemu Mbah dan mengucapkan terimakasih, di situlah aku bicara pada Ali, kalau aku memberinya buah kecubung karena sakit hati Ali telah meracuni Adikku.
Alipun tidak marah dan balik minta maaf. Dan Mbah menasehati Ali dengan bijak.
Sejak kejadian itu, Ali baik dan selalu melindungi Adikku jika ada yang nakal pada Adikku.
Kuntilanak saja tidak mau kediamannya di datangi tamu yang selonong boy....
Akhirnya aku paham...
Setan saja tahu Etika...
Kalau bertamu harus permisi...
Kalau manusia tidak punya Etika...
Maka malulah pada Mahluk Gaib...
Hanya itu sepenggal kisah...
Mengajari aku bahwa balas dendam itu tidak baik...
Buah kecubung ini dahsyat, jika kita menggunakannya di luar dosis meracuni orang, maka akan membunuh seseorang.
Stop berpikir curang !, jaman sekarang buah kecubung sudah langka, yang banyak kopi Sianida !!
Ada lagi yang sadis adalah mempergunakan ilmu Gaib dengan main2 dan beraninya main belakang.
Ilmu sesat dan pengecut biasanya di balik topeng, dan mengirim mahluk2 halus untuk menakuti sasarannya.
Hati2 bertindak kalau tidak ingin masuk penjara dan Neraka.
Jadi janganlah bermain2 dengan Dosa, karena perbuatan manusia itu akan selalu menerima imbas dari perbuatannya sendiri.
Sekian...
Terimakasih...
TAMAT
loading...
0 Response to "Hantu kuntilanak ngakak di atas pohon kecubung"
Post a Comment