Blog ini berisi kumpulan cerita hantu , blog ini bertujuan untuk menambah wawasan dan tukar pengalaman para pecinta cerita hantu. bukan untuk menakut-nakuti

loading...

CERITA HANTU YANG TAK TRIMA MAYATNYA DI PAKAI ALAT PRAKTEK KEDOKTERAN

Cerita hantu
       Part 1       
  Misteri Malam jum'at sepi" aja..pada kemana ya Pas nih, kali ini saya akan berbagi cerita tentang sosok mayat yang tak terima tubuhnya dipotong" untuk dijadikan praktek anak kedokteran . "BAHAN PRAKTIKUM" "MAYAT.....?" "Iya." "Yang di dalam situ beneran tubuh orang, Min?" "Memangnya kamu kira apa? Boneka?!" "Ya, bukan...." Jono menyahut "Tapi saya enggak nyangka, manusia tega tubuh orang yang sudah mati diobok-obok jadi bahan penelitian." Tusimin, lelaki yang satu lagi terdiam sebelum menyahut "Aku juga sebenarnya mikir gitu, Jon. Tapi, aku cuma kerja disini. Kamu sebagai orang baru enggak perlu mikir begitu. Mayat ini dibutuhkan sama orang-orang fakultas kedokteran. Perkara mau diapain bukan urusan kita!" "Tapi benar mayat-mayat ini nanti mau dipotong-potong? Tangannya dipotong? Isi perutnya dikeluarin?" "Ya iya lah. Namanya juga bahan praktikum." Jono bergidik. Seperti tak tega membayangkan. "Kamu takut karena jarang melihat, kan?" Hanya anggukan sebagai jawaban. Mendadak Tusimin menarik pegangan laci kabinet besar, bagian dari lemari penyimpanan yang terbuat dari logam anti karat. Suara derit terdengar kala laci terbuka. "Nih, lihat...!" "Waaaa..!!" Terdengar jerit ketakutan. Namun Jono merasa malu dan segera menekap mulutnya dengan tangan. Di dalam laci terbujur sesosok tubuh manusia. Mayat tepatnya, karena tubuh itu sudah tak bernyawa. Seorang lelaki bugil, umurnya mungkin hampir 60 tahun, terbaring mengenaskan. Tak ada selembar benang pun menutup tubuhnya yang kurus. Sepertinya lelaki ini kurang gizi semasa hidupnya. Kulit aslinya hitam, kusam tapi kini berkesan kelabu pucat setelah tak lagi dialiri darah. Rambutnya putih, tipis. Agak gimbal karena jarang disisir. Mata mayat itu terpejam. Rapat. Ekspresi wajahnya seolah menahan kesakitan. Seperti menyimpan kepedihan. Jono menggigil. "Dingin..." Dia beralasan menutupi rasa takut. Ruang penyimpanan mayat ini AC-nya selalu dinyalakan 24 jam dengan suhu yang lumayan rendah bagi manusia biasa. "Sudah, Min. Masukan lagi." Dia merasa tak sanggup memandang mayat itu berlama-lama. Tusimin mendorong laci penyimpanan. Dorongannya kuat dan bertenaga. BUKKK!!! Laci tertutup rapat. Benturannya menimbulkan bunyi keras. "Kasar amat kamu nutupnya?" "Kalau enggak keras nanti engga rapat, Jon." "Tapi kan kasihan mayat kebanting-banting. Biar sudah mati dia itu manusia. Kita mesti hormat." "Alaa, orang mati ya orang mati. Memangnya bisa protes? Kalau bisa protes pasti dia enggak mau badannya dijual." "Maksud kamu?" "Fakultas kedokteran sini bukannya gratis dapat mayat begini. Harus beli." Jono tak sepenuhnya mengerti. "Emang beli dimana?" "Yang jelas enggak beli di pasar." "Ya iya. Memangnya cabe bisa beli di pasar. Maksudku beli dimana, kan orang mati biasa diurus sama keluarganya. Mau dikubur di kuburan, dibakar jadi abu atau diapain lah tergantung agamanya." "Mereka ini mayat-mayat gelandangan tanpa identitas yang sudah lama disimpan di rumah sakit. Sudah ditunggu seminggu lebih, masih enggak ada orang yang mengakui mereka sebagai anggota keluarga. Kalo sudah ditunggu lagi sampe berapa lama masih engga ada yang ngambil, sebagian dikubur. Sebagian ada yang dijual. Yang beli Fakultas Kedokteran atau lembaga penelitian." Temannya masih ingin bicara, tapi batal. "Mau lihat yang lain? Kita sekarang lagi nyimpan lima mayat." Tanpa menunggu persetujuan, Tusimin sudah menarik sebuah laci lain. "Heh, ngapain ngebuka lagi?" Nyaris Jono kembali menjerit. "Biar kamu enggak terlalu kaget. Kalau sudah biasa lihat, lama-lama kamu bakal biasa." Omongan Tusimin tak membuat Jono yakin. Masalahnya mayat berikut membuat perutnya mual. Di dalam laci tampak sesosok mayat yang bentuknya tah utuh. Kepalanya terbelah seperti buah semangka pecah. Sebagian isi kepala terlihat. Otaknya sudah tak ada, mungkin sudah busuk atau terbuai saat kecelakaan. Bola mata kanan nyaris mendelik keluar. Selain itu tangannya patah. Bagian leher dan bahu retak. "Seram banget...." "Dia korban bunuh diri. Aku denger-denger loncat dari gedung tinggi tingkat berapa gitu. Tapi ini sudah mendingan. Waktu baru masuk ke rumah sakit pasti mengerikan sekali. Kita sih enak. Nerima sudah dimandiin sampe bersih, sudah dikasih bahan pengawet. "Sudah, Min. Masukin." "Coba pegang dulu!" Dengan paksa Tusimin menarik tangan Jono agar menyentuh mayat. Sang teman terpekik kala menyentuh tubuh dingin dan kaku itu. Dia buru-buru mundur beberapa langkah. Tusimin tertawa. "Sekarang kamu yang masukin mayat ke tempatnya. Ayo! Kamu bakal kerja lama disini. Harus bisa ngurus mayat." Jono bergidik. Namun dia mendekat pelan-pelan. Sambil memejamkan mata dia menguatkan diri untuk mendorong laci berisi mayat. BRUKKK!! Bantingan yang amat keras. "Kamu ngedorongnya lebih keras dari aku." "Maaf. Habis aku takut." Tusimin tertawa meremehkan. "Tadi aku dorong keras dibilang kasar." Jono menghela napas. Udara berbau formalin di dalam ruangan membuatnya pusing. "Sebentar Min, aku mau keluar. Enggak lama kok. Aku takut pingsan kalo disini terus." Jono langsung meninggalkan temannya, setengah berlali menuju pintu keluar. Kini Tusimin sendirian di ruang penyimpanan mayat. "Susah, kalo kerja sama orang baru." Keluhnya. ****
nex part 2
loading...

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "CERITA HANTU YANG TAK TRIMA MAYATNYA DI PAKAI ALAT PRAKTEK KEDOKTERAN"

  1. Hai kawan sudah tau sekarang ada aplikasi MYDRAKOR, kamu bisa menonton film drama korean favorite dan tidak akan ketinggalan, MYDRAKOR aplikasi gratis tinggal download di GooglePlay.

    https://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main

    https://www.inflixer.com/

    ReplyDelete